Penjelasan singkat tentang prinsip dasar pneumatik dengan
contoh sederhana dari aplikasi rangkaian pneumatik untuk pengontrolan on-off
valve.
Sistem pneumatik dapat pula dimanfaatkan sebagai media transmisi sinyal. ISA-S7.4 (Air Pressures for Pneumatic Controllers, Transmitters, and Transmission Systems) melakukan standardisasi rentang untuk sinyal pneumatik : 20 – 100 kPag atau 3 -15 psig.
Pada masa kini sistem instrumentasi yang masih menggunakan sinyal pneumatik sangat jarang ditemukan, selain dikarenakan harga instalasi yang mahal juga adanya waktu tunda (delay) dalam pengiriman sinyal. Saat ini transmisi sinyal pneumatik pada plant lama sendiri banyak digantikan dengan menggunakan transmisi sinyal listrik analog 4-20 mA ataupun komunikasi digital seperti fieldbus/Profibus.
Kecuali pada plant yang telah tua, rangkaian pneumatik sudah jarang ditemukan pada suatu industri migas. Namun pada beberapa aplikasi masih sangat sering dijumpai, misalnya: Wellhead Control Panel, Fusible Loop Panel ataupun Control Panel pada On-Off Valve. Pada beberapa aplikasi, sistem pneumatik kerap kali dikombinasikan juga dengan sistem lainnya seperti sistem elektrik ataupun hidraulik.
Beberapa standard yang digunakan pada perancangan sistem pneumatik diantaranya :
Secara definisi sistem pneumatik dapat diartikan sebagai
setiap sistem yang menggunakan gas atau udara sebagai fluida/media penggerak
ataupun transmisi. Disebut media penggerak karena memang sifat udara yang
compressible dapat dikonversi menjadi tenaga mekanik. Contohnya : pompa, piston
ataupun valve yang dioperasikan secara pneumatik. Dibandingkan dengan sistem
hidraulik yang menggunakan cairan/oli sebagai fluida. Pneumatik memiliki
kelebihan diantaranya : bersih dan harga yang murah. Namun besarnya tenaga yang
diberikan tidak sebesar tenaga hidraulik. Pada umumnya tekanan kerja udara yang
dioperasikan pada sistem penggerak pneumatik sebesar 7 – 10 bar. Aplikasi
sistem penggerak pneumatik banyak ditemukan diindustri manufacturing,
petrokimia ataupun industri migas.
Sistem pneumatik dapat pula dimanfaatkan sebagai media transmisi sinyal. ISA-S7.4 (Air Pressures for Pneumatic Controllers, Transmitters, and Transmission Systems) melakukan standardisasi rentang untuk sinyal pneumatik : 20 – 100 kPag atau 3 -15 psig.
Pada masa kini sistem instrumentasi yang masih menggunakan sinyal pneumatik sangat jarang ditemukan, selain dikarenakan harga instalasi yang mahal juga adanya waktu tunda (delay) dalam pengiriman sinyal. Saat ini transmisi sinyal pneumatik pada plant lama sendiri banyak digantikan dengan menggunakan transmisi sinyal listrik analog 4-20 mA ataupun komunikasi digital seperti fieldbus/Profibus.
Kecuali pada plant yang telah tua, rangkaian pneumatik sudah jarang ditemukan pada suatu industri migas. Namun pada beberapa aplikasi masih sangat sering dijumpai, misalnya: Wellhead Control Panel, Fusible Loop Panel ataupun Control Panel pada On-Off Valve. Pada beberapa aplikasi, sistem pneumatik kerap kali dikombinasikan juga dengan sistem lainnya seperti sistem elektrik ataupun hidraulik.
Beberapa standard yang digunakan pada perancangan sistem pneumatik diantaranya :
- API RP 552 (Transmission System)
- ISA S7.4 (Air Pressures for Pneumatic Controllers, Transmitters, and Transmission Systems)
- ISA S7.3 (Quality Standard for Instrument Air)
- ISA S7.7 (Recommended Practice for Producing Quality Instrument Air)
SIMBOL DAN RANGKAIAN PNEUMATIK
Standard ISO 1219 menjadi acuan dalam standardisasi
simbologi untuk komponen pneumatik. Pada umumnya pun supplier atau vendor suatu
produk pneumatik mengacu pada standard tersebut untuk mereprentasikan
fungsi-fungsi produknya.
Contoh rangkaian elektro-pneumatik sederhana pada suatu
on-off valve control station.
Perhatikan gambar diatas, contoh sebuah rangkaian pneumatik
sederhana dalam satu proyek untuk keperluan pengontrolan on-off valve.
Deskripsi dari komponen-komponen pneumatiknya sebagai berikut:
Gambaran diatas hanyalah salah satu contoh sederhana dari aplikasi rangkaian pneumatik untuk pengontrolan on-off valve. Pada kasus lain semisal Wellhead Control Panel, rangkaian pneumatik dikombinasikan dengan rangkaian hidraulik dan elektrik makin menambah rumit rangkaiannya. Namun pada dasarnya sepanjang kita mengetahui fungsi-fungsi dasar (basic function) tiap-tiap komponennya dan main line atau alur utama pneumatik nya akan memudahkan kita memahami keseluruhan mekanisme sistem rangkaian pneumatik tersebut.
Item
|
Komponen Pneumatik
|
Fungsi
|
A
|
Aktuator
|
Mengubah tekanan udara menjadi gerakan 1/4 putaran yang
digunakan untuk membuka-tutup valve. Didalam aktuator terdapat ruang udara
dan pegas (spring). Kesetimbangan gaya pegas dan tekanan udara dimanfaatkan
untuk mengontrol gerakan piston.
|
B
|
Main Valve
|
Adalah objek kontrol dari sistem pneumatik. Mekanisme
buka-tutup valve diakibatkan oleh gerakan piston didalam aktuator. Untuk
kasus ini, main valve dalam keadaan terbuka pada saat aktuator mendapat
tekanan pneumatik. Hilangnya tekanan udara/pneumatik pada aktuator
menyebabkan main valve tertutup.
|
1
|
Two Way Ball Valve
|
Sebagai isolasi sistem pneumatik terhadap supply udara
dari luar. Pada saat sistem pneumatik dioperasikan valve ini harus dalam keadaan
terbuka dan ditutup pada saat ada pemeliharaan (maintenance) misalnya ada
kebocoran atau penggantian komponen.
|
2
|
Air Filter
Regulator
|
Menjaga tekanan supply udara pada harga yang ditentukan
(contoh: 5.5 barg) sekaligus membuang (release) kelebihan tekanan. Selain itu
juga berfungsi sebagai penyaring udara (ukuran 5 micron) dari partikel debu
pengotor. Akumulasi uap air yang terjebak dibuang secara manual (manual
drain).
|
3
|
Pressure Gauge
|
Untuk pembacaan / indikasi besarnya tekanan udara yang
masuk ke sistem pneumatik. Range yang umum digunakan 0-10 barg
ataupun 0 – 14 barg.
|
4, 10
|
Check Valve
|
Mencegah aliran balik udara.
|
5
|
3/2 Way Solenoid
Valve dengan Manual Reset. Buka-tutup valve diaktuasi oleh signal listrik.
|
Mengatur buka-tutup aliran udara didalam sistem pneumatik.
Fungsinya semacam block and bleed valve. 3/2 way bermakna valve tersebut
memiliki 3 port dan 2 position (keadaan). Pada dasarnya kita bebas
menghubungkan port mana yang akan kita pilih sesuai design yang kita
inginkan, dianalogikan seperti istilah NO/NC pada wiring. Pada kasus ini
hanya 2 port yang terhubung dengan tubing sedangkan port lainnya difungsikan
sebagai venting port (dipasang bug screen). Dalam keadaan tidak ada arus
listrik/sinyal elektrik , jalur aliran udara masuk ke aktuator tertutup
(mengakibatkan main valve dalam posisi tertutup). Ketika arus listrik diumpan
ke solenoid membuat aliran udara kedalam aktuator tebuka (main valve menjadi
terbuka).
Sekali arus listrik hilang, valve kembali keposisi semula (yang disebabkan oleh gaya pegas didalam valve).Yang berakibat tertutupnya aliran udara menuju aktuator dan pada saat yang sama pula sisa tekanan udara didalam tubing (diantara valve dan aktuator) dibuang ke atmosfer melalui venting port. Manual reset berupa tombol yang harus ditekan operator secara manual sesaat setelah valve berubah posisinya. Tanpa melakukan reset, valve tidak akan berubah ke posisi selanjutnya walaupun sinyal listrik telah diumpankan. |
6
|
Bug Screen
|
Umumnya dipasang pada venting port, gunanya untuk mencegah
masuknya serangga pada komponen pneumatik.
|
7
|
Flow Control Valve
|
Mengatur besar-kecilnya aliran udara yang masuk kedalam
aktuator.
|
8
|
Safety Relief Valve
|
Jika pressure regulator tidak befungsi dengan baik (fail),
maka tekanan udara yang akan masuk kedalam aktuator menjadi tidak terkendali
sehingga perlu ditambahkan proteksi untuk membuang kelebihan tekanan
tersebut. Aktuator sendiri memiliki batas maksimum tekanan kerja yang umumnya
berada pada rentang 8 – 10 barg, tergantung pada jenis /ukuran aktuator yang
dipilih.
|
9
|
Quick Exhaust Valve
|
Mempercepat buangan sisa tekanan didalam aktuator ke luar
atmosfer. Valve ini hanya berfungsi pada saat tidak ada supply udara kedalam
aktuator. Adanya valve ini akan mempercepat respon tutupnya main valve.
|
11
|
Silencer
|
Dipasang pada akhir rangkaian pneumatik yaitu jalur tubing
menuju venting ke atmosfer. Gunanya mencegah masuknya benda asing sekaligus
mengurangi suara bising akibat buangan tekanan udara dari aktuator.
|
Bulk material :
tubing, fittings adapter, tee dan lain-lain
|
Menghubungkan komponen pneumatik satu dengan komponen
lainnya.
|
Gambaran diatas hanyalah salah satu contoh sederhana dari aplikasi rangkaian pneumatik untuk pengontrolan on-off valve. Pada kasus lain semisal Wellhead Control Panel, rangkaian pneumatik dikombinasikan dengan rangkaian hidraulik dan elektrik makin menambah rumit rangkaiannya. Namun pada dasarnya sepanjang kita mengetahui fungsi-fungsi dasar (basic function) tiap-tiap komponennya dan main line atau alur utama pneumatik nya akan memudahkan kita memahami keseluruhan mekanisme sistem rangkaian pneumatik tersebut.
Post a Comment